Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemailku

Pages

Monday, October 10, 2016

"Mayat Hidup"


Perempuan itu memasuki peron sambil menangis. Semakin dekat semakin nyata, aku salah. Perempuan itu tidak menangis. Ia hanya berwajah menangis. Entah, apa alasan Tuhan mendesain wajahnya seperti itu. Celananya kaos tipis gombrang menutupi mata kakinya. Seperti baju tidur yang dibeli di pasar pagi, atau dibayar nyicil dari abang kredit harian yang keluar masuk kampung. Sangat kontras dengan penumpang lainnya. Seorang balita digendongan kain lusuh, yang lima tahun digandengan dengan sandal dekil kegedean, aus di tumitnya. Satu tangan lagi menenteng keranjang kue, tersisa beberapa dari yang didagang.

Langkah-langkah kaki yang terburu dikejar waktu sudah lewat dua jam lalu. Perempuan itu nampak gelisah menunggu Jakarta Kota. Berkali-kali lewat: Jatinegara, Tanah Abang, Jatinegara, Tanah Abang. Apa ada yang memperhatikan perempuan itu selain aku? Satu dua orang terlihat ngobrol dengan temannya. Seorang kulihat sedang selfie dengan make up-nya yang masih tebal. Belum kikis tersapu angin. Belum luntur karena lelehan keringat. Lebihnya sibuk dengan gadgetnya. Menunduk. Duduk menunduk, berdiri menunduk, jalan menunduk. Mereka hidup, tapi seperti mati. Mereka seperti mayat hidup ...


(Stasiun Tebet, 10 Oktober 2016)

Photo Source: Google Images

No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates