Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemailku

Pages

Saturday, August 25, 2012

' obsesi masa lalu '


sebuah asa, limbung
terhempas obsesi masa lalu

meski tak bisa memiliki raganya
asal bisa menikmati tubuhnya walau sesaat

janji bertemu merajut cinta semu
menjadi yang kedua atau orang ketiga
adalah pilihan

terhapus segala cerita hitam
yang tampak dari jauh hanya indahnya

jika masih menaruh rasa
harusnya setia menunggu
agar tak menggilir luka di keduanya

( Casablanca, 25 Agustus 2012 ) 


Photo Source: Google Images

Wednesday, August 22, 2012

#jika darahku mendidih (untuk para petani)

Photo Source: Google Images

Ketika penguasa negri ini tak lagi bisa diajak bicara secara baik-baik
ketika janji-janji tak juga jadi bukti
ketika aksi demonstrasi dijawab dengan moncong senjata

semangat saja, tidak cukup
kepalan tangan saja, tidak cukup
teriak lawan saja, tidak cukup

Tak terhitung
berapa kali mereka menodongkan senjata
menghalau dengan tembakan di udara
bahkan melesatkan peluru ke arah kalian
hingga jatuh korban, jatuh lagi, dan lagi

semangat saja, itu bunuh diri
kepalan tangan saja, itu bunuh diri
teriak lawan saja, itu bunuh diri

Satukan kekuatan rakyat
lawan dengan senjata! ...

(Casablanca, 1 Agustus 2012)

' Tradisi Menyambut Kemerdekaan Ala Warga Surabaya '





Jumat, 17 Agustus 2012 | 14:01 WIB   ·   0 Komentar

Malam 17 Agustus cukup penting bagi warga kota Pahlawan, Surabaya. Ada tradisi yang hingga kini masih hidup, yaitu tasyakuran malam 17 Agustus. Di acara itu, seluruh warga berkumpul dan melakukan selamatan atau bancaan—istilah warga kota Surabaya. Dana yang digunakan untuk membuat acara tersebut adalah hasil dari patungan alis kolekan seluruh warga. Meski masing-masing Rukun Tetangga (RT) membuat acara dengan format yang berbeda, namun pelaksanaannya dilakukan secara serentak seusai shalat Isya’. Jika saatnya bersamaan dengan bulan Ramadhan, maka acara dilakukan setelah shalat Tarawih.

Beberapa hari sebelum malam 17 Agustus, terlebih dahulu diadakan rapat untuk pembagian kelompok kerja. Karena dalam satu RT ada beberapa gang atau lorong, maka tinggal dipilih satu orang yang akan menjadi koordinator lorong. Kemudian koordinator membagi tugas dengan warganya masing-masing. Ada yang memasak nasi dan lauk, ada yang menyiapkan kue, air, dan buah-buahan. Biasanya tugas ini dikerjakan ibu-ibu dan remaja putri.  Untuk bapak-bapak dan remaja putra, biasanya mendapat tugas menyiapkan tikar dan sound system.

Makanan yang sudah siap dikumpulkan di rumah salah satu warga. Dan di sana para perempuan beramai- ramai menempatkan makanan ke dalam box nasi. Tinggal nanti dibagi satu box per KK (Kepala Keluarga) dalam satu lorong itu. Namun, ada kalanya dibuat satu tumpeng yang besar, dengan cara berebut. Di sini terlihat antusiasme warga dalam menyiapkan acara tersebut. Tanpa dikomando, masing-masing sudah memiliki inisiatif saling menutupi jika ada kekurangan sehingga acara terselenggara dengan baik.
Jika acara sudah digelar, jangan coba-coba keluar rumah atau masuk ke kampung, karena dipastikan semua jalan akan tertutup akibat jalanan sudah diduduki warga.

Sebagai awal, sambil menunggu warga berkumpul, biasanya akan diputar lagu-lagu perjuangan, seperti: Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Hari Merdeka, dan sebagainya. Selain itu, tak luput diputar pula lagu dari Alm. Gombloh, penyanyi kebanggaan arek-arek Suroboyo, Kebyar-Kebyar.

Setelah semua warga terkumpul, acara dibuka dengan pidato dari beberapa sesepuh kampung yang intinya mengingatkan pentingnya persatuan serta menumbuhkan rasa nasionalisme. Dari setiap pidato hampir selalu diawali dan diakhiri dengan salam nasional atau pekik merdeka yang diikuti oleh seluruh warga. Kemudian acara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur di medan perang, serta pembacaan do’a yang dipimpin oleh seorang pemuka agama setempat. Selanjutnya, dibagikannya makanan yang sudah disiapkan. Ada yang dibawa pulang, ada juga yang dimakan beramai-ramai di tempat dengan penuh kegembiraan.

Setelah itu, acara bebas. Ada yang bakar ikan atau ayam, dimasak dan dimakan bersama-sama. Atau sekedar berkumpul dengan warga, ngopi sambil putar musik karaoke dan nyanyi bergantian. Tak ada yang melarang, meskipun suasana menjadi gaduh dan orang-orang begadang sampai pagi. Karena malam itu, menjadi malam yang sepenuhnya dimiliki seluruh warga kota Surabaya.

Maka dapat disimpulkan, inti dari tradisi ini yang merupakan kebudayaan turun temurun sejak dulu adalah pentingnya ‘gotong royong’. Karena acara itu tidak akan terlaksana dengan serentak di seluruh wilayah kota Surabaya tanpa persatuan, kerjasama, dan saling mengisi sebagaimana dulu para pejuang dalam mengusir penjajah dari wilayah Indonesia…

“Dirgahayu 67 Republik Indonesia

Tari Adinda, penggiat Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) 

Sumber: Berdikari Online

Photo Source: Google Images






Friday, August 3, 2012

' lebaran '

sejak kutinggalkan kota kelahiranku
aku tak bisa memaknai hari raya islam seperti dulu
selalu menanti …  
menghitung hari demi hari berkurangnya waktu puasa

ditengah ramadhan
kawankawan dipabrik sudah ribut 
bicara rencana mudik mereka
pesan tiket kereta, bus, kapal  
atau pesawat
naik motor ramairamai
atau rombongan charter mobil
dengan kawannya, kakaknya, adiknya  
atau dengan suami dan anakanaknya

aku tenangtenang saja ...

dua atau satu hari menjelang libur
sebagian dari mereka sudah kabur
tak peduli saat masuk
harus berurusan dengan personalia
dipanggil kekantor, dapat surat peringatan, potong gaji

aku santaisantai saja ...

hari terakhir kerja selepas istirahat
suasana pabrik jadi gaduh
mereka tak lagi konsentrasi dengan pekerjaannya
saling berbagi cerita ...
makanan dan oleh-oleh apa yang sudah disiapkan
pakaian apa saja yang sudah dibeli
dipasar mana, dimall apa, dengan harga berapa
terlihat keceriaan diwajah mereka
menyambut moment special dihari lebaran
bertemu dan berkumpul bersama keluarga

aku diam saja ...

malam hari, diberanda facebook
penuh dengan update status mereka 
prepare-lah, packing-lah,
siapsiap berangkat-lah, sedang menunggu mobil-lah
menggambarkan kesibukannya
kehabisan tiket, ketinggalan angkutan, kehilangan, kecopetan
dan macet menjadi keluhan yang paling dominan
huuuuuffftt ... seringkali ditinggalkan diakhir kalimat

aku masih berada didalam kamar kontrakan ...

buat aku
pulang kampung atau tidak  
tak ada bedanya
negosiasi dengan ibu selalu kulakukan
aku lebih memilih membagi uang thr-ku
daripada pulang, tapi tak banyak memberi
hanya jika ibu benarbenar memaksa
mendengar tangisnya diujung ponsel
aku harus melepas egoku
mengubah sementara asumsiku
bahwa kiriman uangku lebih berharga dari kehadiranku

(Casablanca, 28 Juli 2012) 

Photo Source: Google Images

Thursday, August 2, 2012

' 0207 '

Dengan sebotol ‘san mig light’ pemberian seorang kawan beberapa waktu yang lalu, aku rayakan hariku bersama Momogi di kedai kopi yang sepi ...

Momogi adalah boneka gorila pemberian Rivaldo, teman kecilku dulu. Ia meninggalkan Jakarta, karena kedua orang tuanya kembali ke kampung halamannya di kota Padang, Sumatera Barat.

Ah, jadi ingat Ipal panggilan sayang Rivaldo. Rindu suara imutnya. Ia hanya mampu memanggil satu huruf di belakang namaku,“Iiii ... eni ain ela ... ” Dia mengajakku main bola.

Kira-kira, sudah sebesar apa ya Ipal sekarang? Kalau sempat ketemu, pasti dia sudah tidak mengenaliku lagi. Bahkan tak tahu kalau aku adalah teman yang selalu dicari untuk menuruti keinginannya, main bola dan mobil-mobilan.

Ipal ... hari jadi kita sama, usia kita sama-sama bertambah satu tahun tepat di hari ini. Hanya bedanya, aku semakin tua dan kau tumbuh remaja ...

( Casablanca, 2 Juli 2012 ) 
 
Photo Source: Google Images
 
Blogger Templates