“Ya itu yang bikin aku jatuh cinta. Pas aku baru putus lagi
sama pacarku. Hatiku lagi berantakan, Zi. Tapi untung aku sharing ke Sita, terus dikasih tahu tentang Widi. Jadi aku nggak
mau mengembangkan perasaanku, karena pasti akan lebih sakit lagi nantinya.
Tapi, ya … lagu itu sudah terlanjur jadi kenangan.” Senyum Heni terlihat getir.
“Memang Mas Wi kenapa?” Zi berharap-harap cemas menunggu
jawaban itu. Heni lalu membisikkan sesuatu di telinganya. “Hah! Masak sih?” Zi terkejut. Matanya tajam menatap Heni.
“Iya. Sudah banyak yang tahu kok.” Heni meyakinkan.
Telepon Heni berbunyi. Ada pesan masuk. Dibuka, dibaca.
“Zi, aku pamit dulu ya. Sudah ditunggu kawanku di
tongkrongan. Nanti kalau ada waktu, aku main ke sini lagi.”
“Oke.”
“Kawan-kawan, aku pamit dulu ya.”
“Mau ke mana sih masih sore begini …” Salah seorang meledek.
“Ada janji sama kawan.” Heni keluar ruangan. “Dada Izzi …”
“Daaa … Hati-hati ya …”
“Yaaa …”
Zi masih berdiri di samping pintu, terpaku menatap Heni yang
telah hilang dari pandangan. Sadar hanya gelap yang ia temui, matanya segera
digulirkan pada bangunan taman dengan lampunya yang temaram, dan hatinya mulai
bicara …
Rasanya tak percaya.
Begitukah Mas Wi? Juga suka cipika-cipiki, cium pipi kanan-cium pipi kiri …
bahkan dengan Heni pun. Tentu dengan perempuan-perempuan lain di luar sana. Ya
Tuhan … kenapa juga berita itu masih menyakitkan? Harusnya aku sudah terbebas
dari kesakitan itu ketika aku mulai mencintai Uda’. Apa karena kejadian kemarin
membuat aku menjadi ragu? Ah … dua lelaki yang bersahabat itu ternyata hanya
pandai memulai dengan menebar benih-benih. Dan ketika benih-benih itu tumbuh,
mereka tak hendak merawatnya, apalagi memetiknya. Mereka tinggalkan begitu
saja, membiarkan tanaman itu tumbuh liar tak bertuan. Mereka hanya ingin sejenak
bermain-main dengan hatiku. Sikapnya seolah-olah memberi harapan, namun palsu.
PHP, Pemberi Harapan Palsu. Tapi jelas mereka tak merasa bersalah, karena
mereka tak pernah memberikan manifesto cintanya. Kenapa ya mereka tega melakukan itu padaku?
Padahal aku tak pernah
melakukan itu pada satu lelaki pun. Jika ada seseorang yang sikapnya terlihat menyukaiku sedangkan aku tidak
menyukainya, tentu aku tidak akan memberikan sikap yang manis. Bagiku, itu sama
saja melakukan pembiaran. Itu sama saja memupuk perasaannya. Dan ketika mulutku
harus bicara mengutarakan penolakan, meski dengan bahasa sehalus apapun, aku
tahu itu pasti lebih menyakitinya. Seperti tumbuhan yang sudah berbunga dan berbuah, perasaannya sudah terlanjur berkembang, namun dipaksa meniadakan. Ya … rupanya aku hanya dijadikan
pilihan saat mereka bosan menjalani rutinitasnya, sedangkan aku bukanlah orang
yang mudah menghapus guratan dari ukiran yang tak sembarang kupahat …
Zi mengambil gelas kopinya, juga milik Heni, berniat ke
dapur mencucinya. Baru dua kali melangkah, tiba-tiba ia merasa semua menjadi
gelap. Dan sebentar saja, tubuhnya tumbang menimpa meja, lalu tersungkur ke lantai.
“Hei! Zi kenapa Zi …” Teriak salah seorang.
Isi meja berantakan. Kopi tumpah, gelas-gelas jatuh. Beruntung
meja terbuat dari rotan, teko dari plastik dan gelas dari bahan melamin,
sehingga tidak ada yang melukai anggota badannya. Hanya sebagian tubuh dan pakaiannya
saja yang kotor terkena tumpahan kopi.
“Angkat ke kamar saja … angkat ke kamar!”
Rico membawa tubuhnya dan meletakkan di atas kasur. “Minyak
angin, minyak angin, ada yang punya minyak angin tidaaakk …?”
Sambil menunggu kawannya membawa minyak angin, Rico memegang
pergelangan tangan Zi. “Hei! Nadinya tak berdenyut!” Teriak Rico, lalu mengalihkan
tangannya. “Tidak ada udara yang keluar dari hidungnya. Hei! Zi tidak
bernafas!”
“Bawa ke rumah sakit saja! Bawa ke rumah sakit saja!”
“Telepon taksi! Telepon taksi!”
“Woy! Jangan telepon, nanti lama datangnya. Lebih baik cari di
jalan saja, bawa motor!”
“Kuncinya mana kunci motornya?”
“Woy! Buruan sih. Ini sudah gawat! Siapa yang bawa kunci
motor, buruan jalan!”
Semua orang di markas menjadi panik. Tidak ada yang bisa bicara
dengan tenang. Mereka saling teriak …
~ Bersambung ~
(Casablanca, 9 Februari 2014)
Theme Song: (Novia Kolopaking - Aku Selalu Cinta) http://www.youtube.com/watch?v=g5U_jTQCgPk
Photo Source: Google Images |
No comments:
Post a Comment