Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemailku

Pages

Wednesday, June 11, 2014

Cerbung: Pelangi Terakhir (Part 19)


Di depan ruang ICU, semua kawan-kawan gerakan berkumpul. Rico mengabarkan diagnosa dokter yang mengatakan, bahwa jantung Zi sempat tidak berfungsi. Namun kerja keras team medis berhasil, kini jantungnya terdeteksi normal kembali. Tetapi Zi masih belum sadar. Tampak dari pintu kaca yang membatasi ruang ICU, beberapa selang terpasang pada anggota tubuhnya, sebagian dihubungkan pada monitor elektrokardiograf.

Dari jauh, Mas Wi dan Uda’ tergopoh-gopoh mendekat. Semua mata menatap heran melihat wajah mereka yang penuh ketegangan. Kedua lelaki itu langsung menuju pintu ruang ICU. Kawan yang bersahabat itu tampak sedang bicara, seperti orang yang sedang berunding. Mas Wi kemudian masuk. Setelah mengenakan pakaian khusus, Mas Wi mendekati Zi yang tengah terbaring tak sadarkan diri. Uda’ masih mengintip dari luar melalui kaca pintu. Terlihat, kawan akrabnya itu lama memandangi Zi. Sebentar kemudian, Mas Wi mendaratkan bibirnya pada kening Zi. Uda’ terkejut, tak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya. Yang ia tahu, Zi dan Mas Wi tak pernah terlihat akrab seperti keakraban Zi dengan beberapa kawan lelaki di markas.

Mas Wi kembali tergopoh-gopoh saat keluar dari ruangan. Tak ada sepatah katapun yang terdengar menyapa orang-orang yang ada di sana. Matanya merah. Semua kawan-kawannya kembali menatap heran. Niat Uda’ memasuki ruang ICU dibatalkan, ia mengejar Mas Wi.

“Diaz, kau kenapa?” Tanya Uda’ kepada Mas Wi. Uda’ memiliki panggilan khusus pada sahabatnya.

Mas Wi bergeming dengan langkah yang semakin cepat. Uda’ masih terus mengejar. Beberapa saat bibir Mas Wi bergetar dan air matanya luruh. Mas Wi cepat mengusap dengan tangannya. Di perbatasan menuju area parkir, Mas Wi berhenti, meletakkan telapak tangannya tepat di dada Uda’. Uda’ segera paham maksud sahabatnya itu. Mas Wi tidak ingin terus diikuti. Dengan kendarannya, mas Wi segera pergi meninggalkan rumah sakit.

Uda’ kembali dengan langkah lesu. Sejenak Uda’ menepi di sebuah bangku panjang, lorong rumah sakit. Berpikir dan coba menganalisa yang baru saja terjadi. Uda’ segera menyadari dan harus menerima kenyataan, bahwa ada kedekatan hati melebihi hubungan seorang kawan antara Zi dengan sahabatnya itu. Sesuatu yang tak pernah terpikir sedikitpun.

***

“Zi hilang ... Zi hilang ...”

Kabar itu segera menyebar, membuat orang-orang di markas pusat menjadi panik dan segera meluncur ke rumah sakit.

“Bagaimana kejadiannya, Jok? Kok Zi bisa hilang sih ...” Ali bertanya.

“Aku masih tidur waktu itu, kaget dibangunkan Inez karena kamar ICU kosong.”

“Jam berapa Inez melihatnya?”

“Sekitar jam enam pagi.”

“Memangnya tidak ada petugas piket?”

“Ada, tapi mereka tidak tahu. Semula, Inez mengira Zi sudah dipindahkan ke kamar lain, ternyata tidak.”

“Sudah kau temui kepala rumah sakit?”

“Sudah. Dia hanya minta maaf. Ya aku bilang, tidak cukup hanya minta maaf, dia harus bertanggung jawab atas hilangnya Zi di rumah sakit ini.”

Terus, apa jawab kepala rumah sakit itu?”

”Anda mau menuntut? Silahkan, katanya. Asal anda ingat, bahwa yang hilang itu bukan bayi. Jadi bisa saja kawan anda itu kabur karena ketakutan membayar biaya rumah sakit yang tentu sangat besar jumlahnya.”

“Kabur? Tadinya aku pikir kalau Zi diculik, Jok.”

“Iya, aku juga berpikir begitu. Tapi kalau kabur, kenapa Zi tidak ada di markas?”

“Kalau dia ke markas, sama saja kita yang bayar biaya rumah sakitnya. Aku kenal Zi. Dia itu tidak mau merepotkan. Setiap dia sakit saja, tidak pernah mau dibawa ke dokter. Katanya, cukup dengan istirahat saja. Pernah juga aku lihat dia sedang membersihkan tempat yang tak pernah tersentuh tangan kita. Sewaktu aku tanya, katanya, dia sengaja cari keringat karena badannya sedang meriang.

“Ya, kita lihat saja perkembangannya nanti. Siapa tahu kawan-kawan yang ada di Malang bisa menemukan Zi di rumahnya.”

“Sudah kau hubungi basis di Malang?”

“Sudah, setelah dapat informasi bahwa Zi tidak ada di markas dan di beberapa sekretariat di Jakarta.”

~ Bersambung ~


(Casablanca, 25 Februari 2014) 

Theme Song: (Sita - Dona Dona) http://www.youtube.com/watch?v=jdXpeCb2zXU 

Photo Source: Google Images



No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates