Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemailku

Pages

Thursday, February 26, 2015

' Surat untuk Anakku '


anakku …
kau boleh salim dengan buyut, kakek dan nenekmu
tapi jangan denganku
kecup saja keningku, pipiku
seperti aku menciummu
atau ... kita bisa toss saja
sebab aku bukan orang tua produk lama
yang selalu menjejali kewajiban
bukan hak

kita sama, anakku …
kita setara

bukan cuma kau yang menghormati aku
aku pun mesti menghormatimu
menghormati harkat dan martabatmu sebagai manusia
bahkan sejak kau belum mengerti apa - apa

anakku ...
kau memang terlahir dari aku
tapi bukan karena aku
kau hanya manusia kecil yang dititipkan melalui persetubuhan
maka kuberi kau pilihan
kubebaskan kau berpendapat

jika kau tak mau mengikuti mauku
tak menuruti nasihatku
tak peduli keadaanku
itu hakmu

bahkan jika kau tak sudi membalas lelahku
membahagiakanku
dari 9 bulan mengandungmu
menggantung di perutku beban yang makin lama makin berat
membawa ke mana – mana dengan gerak yang makin hari makin tak bebas
melahirkanmu
merawatmu
mendidikmu
aku tak akan menganggapmu anak durhaka
apalagi berteriak: kembalikan air susuku!
tidak, anakku …

aku orang tua yang tercerahkan
melahirkanmu adalah kebahagiaanku
belum tentu kebahagiaanmu
sebab kau tak punya pilihan
sebab kau tak bisa meminta untuk tak dilahirkan

jangan khawatir, nak …
aku tak akan membebanimu kecuali inginmu
menghidupiku, merawatku
saat aku telah renta
tak lagi mampu bekerja
siapa tahu aku mati muda
yakinlah …
aku akan mati baik – baik
membersihkan semua yang kukotori
lalu berbaring di kasur yang hangat dengan rambut basah setelah keramas
dan aku segera menemui kebahagiaan yang abadi

sekali lagi, anakku …
kau boleh mencium tangan buyut, kakek dan nenekmu saja
sekedar tak mengecewakan mereka
sebab paham tua sudah lama melekat di kepala
diturunkan dari ibu ke ibu
tapi tidak untuk aku
dan kepada manusia dewasa lainnya
jabat saja tangan mereka dengan sikap tegak
jangan membungkuk, menunduk – nunduk
tatap matanya
ucapkan namamu, berkatalah dengan tegas
sebab tak pernah sedetik pun kuimpikan
kau menjadi manusia bermental budak

kita semua sama, anakku …
sama – sama manusia
kita setara


(Tebet Timur Dalam, 26 Februari 2015)
 

No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates